PENGANTAR
PROPOSAL REUNI IV LAMAKERA
Semoga kasih dan sayang Allah
senantiasa terlimpahkan kepada kita semua, dalam membangun dan mewariskan masa
depan Lamakera, sebagai lewotana yang bermartabat dan berperadaban. Lewotana
yang sanggup membuahkan generasi yang berperadaban tinggi dan mampu menjadi pilar
dan pijar, menyokong keberlangsungan sejarah gerakan kemajuan ummat dan bangsa
di tengah tengah keharusan modernisasi,
demokratisasi dan globalisasi.
Reuni demi reuni, memang sudah sering kali diadakan di Lamakera. Begitu pula kegiatan – kegiatan bersifat pencerahan yang berualng kali diselenggarakan oleh pelajar mahasiswa Lamakera, namun semua itu berjalan bagaikan ritme pergantian waktu, hanya dapat menjawab persoalan-persoalan tertentu dalam lipatan ruang dan waktu terntu. Namun masih menyisahkan banyak agenda besar dan strategis yang menuntut jawaban dan penyelesaian segerah oleh kita.
Suatu hal yang semestinya disadari bahwa siklus perjalanan suatu kebudayaan maupun peradaban tidak pernah berhenti. Kebudayaan dan peradaban terus bergerak cepat seiring dengan kecerdasan dan keberlianan manusia dalam kecepatan pergeseran dimensi ruang dan waktu. Mengingat pentingnya transformasi social, dan kontinuetas gerak sejarah Lamakera, di tengah derasnya arus modernisasi, capitalisasi dan globalisasi yang berwatak induvidualis, maka Persatuan Keluarga Lamekera Solor – Jakarta, menginisiatifi untuk menyelenggarakanakan Pekan Kegiatan REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA. Kegiatan ini dimaksudkan untuk merekonstruksi kesadaran akal budi, merumuskan visi dan misi, guna mewujudkan sinergisitas dan akselerasi Pengkhidmatan Lewotana Lamakera.
Dalam prespektif perubahan
social, Lamakera telah lebih dahulu
memulai langkah pergerakan peradaban Islam, melalui misi pendidikan dan dakwah
islamiyah untuk seluruh pelosok NTT. Namun patut disadari bahwa, kondisi
Lamakera dewasa ini semakin buram, melemah kohesifitas social, akibat kurangnya
silahturrahim dan konsolidasi antar sesama warga Lamakera. Hubungan pshikhologis
dan sosiologis putra putri Lewotan Lamakera memperlihatkan potret yang kurang
harmoni. Gambaran ekstrim dari fenomena ini, dapat pula dianalogikan seperti kaca
retak yang tak dapat dipakai untuk mengaca diri. Lamakera yang pernah menjadi
aikon kini hanya menjadi buah bibir, seiring dengan semakin redup tugasnya
menjadi pemandu perubahan social dan perkembangan Islam di NTT. Untuk itu Reuni
IV Keluarga Besar Lamakera menjadi momentum terpenting.
Proposal ini menyajikan sekelumit
masalah, kiranya dapat dijadikan acuan Dialog Peradaban, Musawarah Nasional dalam
Reuni IV Keluarga Besar Lamakera. Semoga dapat menghasilkan rekomendasi,
program dan keputusan yang bermanfaat. Amien.!!!
Wassalam
Jakarta, 5 April 2011
Stering Comite
PROPOSAL
REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA
Se INDONESIA
Se INDONESIA
Rekonstruksi Visi, Missi Dan Gerak Pengkhidmatan
Lamakera Jilid II,
Mewujudkan Martabat Dan Peradaban Yang
Sejahtera, Berkeadilan Dan Berdaulat
- Dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergesaran waktu antara siang dan malam, terdapat berbagai pelajaran yang mengagungkan bagi orang-orang yang berfikir. Dan ciri-ciri orang-orang yang berfikir itu ialah: mereka yang terus menerus memikirkan akan berbagai keajaiban diantara langit dan bumi, pada saat gagah perkasah, pada usia senja, sampai menjelang ajalnya, mereke terus memikirkan proses penciptaan langit dan bumi, sampai pada puncak mereka menemukann kebenaran yang meyakinkan, lalu secaraa total menyerahkan diri pada puncak mereka menemukan kebenaran yang meyakinkan, lalu secra total menyerahkan diri kepada Allah sambil berikrar “ Tuhan kami, tiada sia-sia engkau menciptakan semua yang ada, maha suci Engkau ya Allah jauhkan kami dari siksaan Api Neraka” ( QS Al-imron : 190-191 )
- Wahai bangsa jin dan Manusia, jika kalian semua sanggup melampaui batas antara langit dan bumi, maka lampauilah, namun kalian semua tidak akan sanggup melampaui jarak antara langit dan bumi kecuali dengan ASSULTHAN ( kekuatan ilmu / pengetahuan ) ( QS. Ar-rahman : 33 )
- Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon yang menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizing Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk, seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akarnya dari permukaan, tidak dapat (tegak) sedikitpun.
B. Landasan Teoritis
- Setiap masa mempunyai formulasi tantangan tersendiri, dan setiap tantangan memiliki jawabannya tersendiri pula. Apabila kita salah memberikan kerangka jawaban yang selau sama dalam setiap tantangan , maka akan menjadi malapetaka dan mengundang gejolak revolusi yang tiada henti. ( Arnold Toyinbe)
- Semakin banyak kita menemukan kesalahan, maka semakin terbuka jalan menuju kebenaran baru. (Kari Roymon Poper)
- Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan lingkungan social yang semakin dinamis, maka pola kepemiminan yang bersifat kharismatis, figur orientid, bergeser menuju kepemimpinan berdasarkan ide dan sistem menejerial profesional. (Spencer)
- Lawrence E. Harrison, dalam buku Who Prospers: How Cultural Values Shape Economic and Political Sucses, hasil sebuah studi empiris di berbagai negara menyimpulkan bahwa: Kunci kemajuan suatu bangsa bukan karena kekayaan Sunber Daya Alam (SDA), melainkan Sumber Daya Manusia (SDM). Juga bukan pada system politiknya, tetapi terutama pada system nilai budaya (values), dan prilaku serta kerakter positif masyarakatnya. Yaitu kerakter mendukung kemajuan, kerakter saling percaya, kemampuan saling bekerja sama antar warga (radius of trust), kepatuhan pada hukum, kehidupan para pejabat yang sederhana, penghargaan yang tinggi pada pekerjaan,
C. Latar Belakang Permasalahan
Sebuah keistimewaan, dan kebanggaan yang patut
disyukuri oleh warga Lamakera, bahwa sampai dengan saat ini secara utuh kita
masih mempunyai kampung halaman bernama Lewotana
Lamakera. Sebuah kampung yang memiliki pranata sosial, sistem nilai, struktur
sosial, hukum adat, yang masih terpelihara, berlaku dan diakui keabsahannya.
Institusi sosial tersebut telah menjadi pilar yang mengukuhkan identitas
simbolik, dan menghantarkan Lamakera menjadi lewotana yang bermartabat dan
terpandang bahkan menjadi aikon di tengah-tengah gugusan lewotana yang lain di
bumi lamaholot Nusantara. Setidaknya Lamakera menjadi salah satu motor dan kampiun
gerakan pendidikan, dakwah islamiyah dan politik Islam di lingkungan Solor
Watan Lema bahkan NTT. Prestasi yang positif ini, menunjukan adanya cita cita
yang agung, keluhuran budi, kearifan pemikiran dan ketulusan karya para leluhur
terdahulu yang telah meletakan landasan moral bagi kedaulatan Lamakera untuk
kemaslahatan generasi di masa depan.
Seiring dengan perjalan dimensi ruang dan waktu, warga
Lamakera telah melawati bilik-bilik sejarah yang panjang sekaligus mengagumkan.
Sepanjang ruang sejarah itu, putra putri Lamakera telah mengisi dan melukisnya
dengan dedikasi yang tinggi. Berbagai peristiwa penting yang bersejarah itu
menunjukan kerakter dan watak kejuangan setiap warga Lamakera. Semakin besar
nilai nilai kejuangan yang diinvestasikan menggambarkan betapa tinggi
kedaulatan, martabat dan peradaban Institusi Lewotana Lamakera. Mereka bergerak
bagaiakan molekul molekul yang menembus setiap sudut anatomi kehidupan yang
menggoncangkan kosmologi. Inilah episode pertumbuhan peradaban warga Lamakeraa
yang terpenting, sehingga Lamakera menjadi terkenal di wilayah kepulauan Solor,
Flores, NTT bahkan Indonesia.
Sejarah
Mencatat, melalui horizon Solor watan lema, warga Lamakera bersama seluruh
elemen Lamaholot lainnya, memyatu, menyingsingkan lengan baju, di bawah panji Islam,
semangat tauhid, masyarakat Lamakera dengan gagah berani menolak ekspansi dan
penindasan kolonialisme di bumi Lamaholot. Karena kehadiran emperialis
(Portugis dan Belanda) tidaknya hanya membawa misi perdagangan, melainkan juga
membawa misi kristiani yang dibalut imperialisme. Sejarah mengisahkan bahwa
ekspedisi Lamakera telah melakukan tindakan politik yang berani dan tepat,
yaitu memporakporandakan kekuatan portugis di benteng Ford Hendrikus Lewohayong,
maupun memburu kekuasan Portugis sampai di tanah Timor. Ini merupakan perjuangan
politik, ideologis yang bernilai investasi menuju kemerdekaan Indonesia. Inilah
sejarah perjuangan umat Islam local yang disembunyikaan atau mungkin
terlupakan. Investasi menunjukan rakyat Lamakeraa dan warga Watan Lema lainnya
mempunyai saham politik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah
kemerdekaan RI, warga Lamakera secara otomatis mentransformasikan visi politik
dengan melebur secara total dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada Fase pasca kolonial, anak anak terbaik Lamakera di awal thn 1900 an, mulai melakukan gerakan kebudayaan, ijtihad strategis dengan memikirkan secara serius tentang eksistensi Lamakera dan keseluruhan umat Islam di Solor Timur, Flores Timur dan NTT di masa depan. Ada dua pola instrumental yang dilalui dalam membesarkan dan mempertahankan eksistensi masyarakat muslim. Untuk hal itu, instrumen Pendidikan dan Pemerintahan, dua piranti yang saling terkait ini, dipilih secara perioritas karena keduanya saling menunjang kearah perwujudan kemaslahatan masyarakat muslim. Yaitu masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, merdeka dan berdaulat.
Bidang
Pemerintahan merupakan media strategis, yang melakukan pelayanan dan
peningkatan kuwalitas kehidupan public, khususnya umat Islam. Pelayanan
dimaksudkan untuk mencapai taraf kehidupan social yang bermartabat, berperadaban
tinggi dan berdaulat. Yaitu masyarakat yang cerdas secar intelektual, mandiri
dan sejahtera secara ekonomi, sehat rohani serta jasmani, serta berkemandirian
dalam visi politik. Untuk pelayanan masyarakat mayoritas muslim seperti di
Solor Timur, secara psykhologis dan sosiologis harus dilakukan oleh sebuah
birokrasi yang memiliki pemahaman yang baik terhadap sistem sosial dan sistem
nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.
Untuk itu Para
Tetua Adat dan Pemuka masyarakat Lamakera yang kharismatis, bersama para Pemuda
Lamakera yang idealis dan progresif ketika itu, mendeklrasikan gagasan besar
dan fundamental setidakbya bagi warga Lamakera. Yaitu gagasan politik untuk menghadirkan
kantor camat bagi warga Solor Timur yang mayoritas muslim. Gagasan besar ini
terus dikawal dan diperjuangkan dengan sungguh sungguh di ibu kota propinsi
NTT, sampai terwujud thn 1964. Penempatan Menanga sebagai ibukota kecamatan
Solor Timur, adalah harus diakuai merupakan hasil karya politik masyarakat
Lamakera. Sekaligus sebagai simbol historis yang mengingatkan kita bahwa Menanga
pernah menjadi pusat pertumbuhan peradaban Islam dilingkungan Lamaholot
kepuluan Solor pada abad 13 -18 M, dari masa Syaid Rafiuddin al-Fathih (Jou
Imam Pati Duri) sampai zaman Shibuddin Bin Ali Salam Bin Salman al-Farisi
(Sultan Menanga Sili Pertawi), yang jatuh karena diporak poranda oleh
emperialis Belanda. Dengan runtuhnya Kesultanan Menanga yang menjadi pusat
peradaban Islam, berdirilah Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lewohayong, Kerajaan
Lamahala, Kerajaan Terong dan Kerajaan Labala. Kelima kerajaan ini kemudian
hari lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Solor Watan Lema.
Selain
itu, beberapa tahun sebelumnya, Para Tetua Adat Pemuka Masyarakat Lamakera, juga
melakukan gerakan kebudayaan di bidang pendidikan Islam. Pilihan terhadap
Pendidikan Islam merupakan pilihan yang relevan, pada situasi ketika itu,
bahkan tetap relevan sampai saat ini. Pendidikan Islam dianggap sebagai piranti
strategis bagi pembentukan generasi muda musalim, ideologis, visioner, professional,
memiliki komitmen yang kuat untuk memakmurkan umat Islam dan memajukan peradaban
Islam. Sehingga kelak mereka menjadi anak panah dakwah dan arsitektur peradaban
Islam yang sanggup menembusi batas daerah dan wilayah. Langkah penting ini
diawali dengan membangun kemitraan iman dengan para tokoh nasionalis dan tokoh
Islam diberbagai tempat seperti: Jawa, Makasar, Bima dll. Untuk mendatangkan
para Guru guna memulai langkah pembangunan peradaban, dengan mempersiapkan
berdirinya SMPI (Sekolah Menengah Pertama Islam ) yang menjadi embrio
berdirinya PGA 4 Tahun Lamakera.
Angkata pertama PGAP 4 Thn, bergerak cepat bagai anak panah yang meluncur ke berbagai sasaran medan perjuangan yang terpencil, dengan berbagai ragam masalah. Mereka mengemban tugas sebagai pelopor penggerakan peradaban Islam, mengukuhkan identitas kemanusiaan yang merdeka, menghidupkan revolusi tauhid, membangkitkan kesadaran ummat dengan membangun “iman, ilmu dan akhlak, sebagai dasar peradaban Islam, melelui dakwah dan pendidikan Islam. Kader-kader Lamakera ini, pada level tertentu menjadi ideologi sekaligus pioner terdepan menggugah batin yang tertidur, membangkitkan kehendak untuk menggelorakan revolusi kebudayaan dan peradaban Islam dengan modal Bismillah dan Fisabillah di sepanjang bumi Lamaholot, daratan Pulau Flores dan wilayah NTT pada umumnya.
Sebagai
tindak lanjut dari ikhtiar untuk memperkuat kontinutas perjuangan dalam
merealisasi “Martabat, Kedaulatan dan Peradaban Umat”, dibukalah PGAN
(Pendidikan Guru Agama Negeri ) 6 tahun Ende, dan mengirim kader-kader terbaik
Lamakera untuk melanjutkan program study di PGAN 6 Thn Mataram dan Malang. Dan
beberapa Putera Lamakera yang lain mengambil jalur sekolah umum SMA di Alor
Kalabahi. Adapun kader-kader yang melanjutkan studi di Malang dan Mataram ini,
lalu kembali berkhidmat memperkuat PGAN Ende, PGAP Lamakera dan PGAN 6 Tahun Kupang.
Setelah itu diikuti dengan berdirinya Lembaga Pendidikan Islam lainnya di
kampung kampung kawasan NTT. Termasuk PGA 4 Thn Lohayong, PGA 4 Thn Kelikur,
PGA 4 Thn Reo, PGA 4 Thn Harawura. Tentu sukses ini tidak terlepas dari
komitmen iman, keikhlasan, dan solidaritas sosial warga Lamakera, bersatu padu
dengan niat yang tulus dan kearifan yang menadalam untuk Gelekat Lewotanah dibawa pandu para tokoh teladan yang menjadi
figur dalam proses transformasi ini. Investasi peradaban yang penting ini
menjadikan Lamakera harum namanya diberbagai pelosok NTT.
Pendidikan,
memang sebagai media atau piranti terpenting yang melahirkan revolusi
kebudayaan suatu bangsa. Pilihan pendidikan bagi para tokoh Lamakera, telah
menghasilkan suatu perubahan sosial yang sangat mendasar bagi eksistensi Lamakera
saat ini maupun akan datang. Yakni mobilitas angkatan kelas sosial baru yang
berpendidikan dan berkeahlian dalam berbagai disiplin keilmuan. Setidaknya
dewasa ini, terdapat ratusan sarjana S1 dan beberapa yang sudah mencapai S2
bahakan ada yang sedang menyelesaikan program S3 (kandidat doktor). Sarjana
Lamakera ini adalah aset Ummat dan Bangsa yang menjadi kebanggaan bagi
Lamakera, sebagian mereka tengah mengkhidmatkan keahliannya pada ummat dan
bangsa dibebagai latar belakang seperti birokrasi, politisi, guru, dosen, pekerja
sosial, polisi, tentara, aktivis NGO diberbagai sudut negeri.
Namun disadari, angkatan kelas sosial baru Lamakera yang menyebar di berbagai pelosok Indonesia, nampaknya belum menjadi kekuatan yang massif, strategis dan signifikan dalam merespon transformasi peradaban yang dimotori oleh kekuatan kapitalisasi, modernisasi dan globalisasi dewasa ini. Di mana secara personal masing-,masing bergerak pada enggel yang terpisah, tidak dalam titik koordinat yang terorganisir, akibatnya posisi kaders Lamakera menjadi kurang diperhitungkan. Kondisi ini diibaratkan seperti buah matang di pucuk., lalu membusuk, dan akhirnya tidak berguna oleh pemilik kebun. Atau gambaran ekstrimnya, Posisi kaders Lamakera sementara ini bagai kaca retak yang tidak bisa dipakai untuk mengaca diri. Inilah gambaran umum persoalan yang dihadapi kaders Lamakera. Untuk itu dibutuhkan konsulidasi kolektif dari semua putra-putri Lamakera. Semua kaum muda Lamakera perlu duduk bersama, merefleksi dan merethinking, melalui silahturrahmi, untuk memformat sistem kelembagaan yang efektif. Jika tidak dilakukan segerah, maka kekuatan Putra-Putri Lamakera menjadi anomali, kontraproduktif, dan pada gilirannya Lamakera hanya sebuah nama dan riwayat masa lalu.
Rumusan Persoalan
Perkembangan
mutakhir Lamakera diawal abad 21 ini, kita dihadapkan pada sejumlah persoalan paradoks, ambivalen,
kontradiktif, degradatif. Para orang tua, pemikir, pendidik, tokoh tauladan
semakin tiada, bahkan sudah tiada, mereka telah pergi mendahului kita. Tetapi kita
diwarisi ratusan sarjana dan akan terus bertambah jumlahnya, dengan beragam
keahlian, dan menempati jabatan jabatan penting di berbagai level institusi
pemerintahan, maupun di masyarakat. Namun rasanya kondisi Lamakera bergerak mundur, bergeser
menjadi redup, seakan kehilangan kearifan. Begitupula saat ini mobilitas
angkatan baru Lamakera, belum berfungsi maksimal dan optimal untuk melakukan
transformasi social dan loncatan peradaban yang signifikan bagi Lamakera,
maupun untuk umat dan bangsa. Kondisi angkatan baru Lamakera yang demikian, memang
kurang terorganisir, cukup menggambarkan seakan kita semua sedang kehilangan jati
diri, kehilangan spiritualitas, kehilangan figure, semakin lentur daya magic, kohesifitas
social yang makin luntur, kerja kerja organisasi kehilangan nilai sinergis
dalam dinamika sosialnya. Beberapa gambaran yang pradoksal dan degradatif itu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
- Kurang adanya relasi fungsional yang efektif antar masjid, sekolah dan masyarakat. Masing-masing enggel, berjalan tanpa titik singgung, yang mengkohesi antara lembaga lembaga tsb secara siklus. Menurunnya intelegensi, kepekaan sosial dan moralitas social siswa, yang mengarah pada redupnya kekuatan perubahan ummat adalah dampak yang kini tengah terjadi.
- Seiring dengan perkembangan dan eksalasi moderenisasi di berbagai level kehidupan, telah mendorong timbulnya berbagai persoalan sosial dengan berbagai dampak yang mencemaskan masyarakat. Tindakan demoralisasi, vendalisme, kriminalitas, kekerasan semakin melembaga dan menjadi fenomena umum yang tidak terkendalikan.
- Posisi tawar Lamakera semakin tidak diperhitungkan ditingkat Flores Timur dan NTT seiring dengan semakin melemahnya partisipasi publik masyarakat Lamakera, setidaknya sejak 15 tahun terakhir. Genersai baru yang muncul belum melakukan insiatif dan tindakan politik yang diperhitungkan, akibat lemahnya konsulidasi dan kemitraan yang terorganisir antar sesama warga Lamakera di manapun berada.
- Laut, adalah lahan yang yang produktif, yang telah menyumbang kemakmuran dan kemaslahatan social bagi kebanyakan warga Lamakera. Dari sumber daya kelautan lahirlah orang orang terdidik, para sarjana Lamakera yang kini tengah mengkhidmatkan diri di berbagai tempat. Tapi patut dicermati nelayan kita hanya memiliki alat tangkap yang sederhana sehingga daya jangkau pendek, daya tangkap juga sedikit. Padahal perairan di wilayah Solor Selatan seringkali menjadi ekspansi kapal asing dan illegal. Apalagi laju pertumbuhan penduduk terus meningkat, sementara kesempatan kerja tidak tersedia. Kaum muda di Lamakera kurang memiliki keterampilan hidup, kecuali menjadi nelayan tradisional, tanpa dukungan modal dan pemihakan kebijakan pemerintah setempat.
- Semikin mengurang bahkan habis para guru senior pemandu peradaban masyarakat, dengan watak keilmuan dan keikhlasan mengabdi untuk agama dan lewotana. Sementara ini guru guru baru hanya bisa mentrans ilmu tanpa watak dan kerakter keguruan dan jiwa pengabdian yang luhur. Karena itu kehadiran guru guru baru kurang mendapat dukungan dan apresiasi oleh masyarakat Lamakera
- Mobilitas kaum muda Lamakera yang terpelajar bertebaran dipelosok tanah air. Masing-masing berperan sesuai denga enggel, kapasitas, dan keahliannya. Tetapi Mobilitas tidak memiliki arti yang substansif dan signifikan bagi transformasi di Lamakera. Akibat tidak ada kohesi dan konfergensi organisatoris diantara sesama anak lewotanah. Kalaupun ada kumiunikasi, itu hanya bersifat sismbolis yang semu bahkan absurd, yang tidak memiliki makna apapun bagi perubahan sosial masyarakat Lamakera. Kaum muda terjebak dalam euforia parsial, mengedepankan kepentingan diri sendiri dan kelompok, kehilangan kepekaan dan daya inisiatif. Tampaknya kaum muda Lamakera sementara ini kehilangan kritiitas intelektual dan spiritualitas social, sehingga tidak sanggup mendorong progresivitas gerak pengkhidmatan Lewotanah.
- Masyarakat Lamakera tengah mengalami pergeseran lokus kepemimpinan. Tokoh – tokoh Lamakera yang memiliki integritas, kharismatis, panutan, satu persatu dipanggil Allah, suasana kehidupan warga Lamakera semakin ringkih, kehilangan spiritualitas, bahkan seakan-akan tenggelam dalam kevakuman tanpa arah. Nilai-nilai moral yang luhur dan agung, semakin pudar seiring dengan perginya para tokoh kharismatik tersebut.
- Sementara itu, desa-desa atau kampung, yang dulu menjadi sasaran dakwah dan pendidikan, atau daerah binaan kader Lamakera, kini tumbuh dan berkembang pesat bahkan menjadi kompetitor bagi Lamakera sendiri. Kampung tersebut, mengalami metemorfosa dalam bentuk-bentuk progresifitas sosial yang penting. Fenomena ini rasanya telah menggeser peran-peran starategis yang sesungguhnya menjadi peran putra-putri Lamakera sebelumnya.
- Listrik yang sekian tahun menjadi dambaan warga Lamakera kini telah menerangi kampung Lamakera, namun demikian menyisihkan persoalan yang tidak bisa dielakan.. Secara khuus, masih terdapat sejumlah rumah yang belum terpasang listrik. Sedangkan sacara umum yakni dampak negatif yang ditimbulkan, adalah pergeseran gaya hidup dan pergaulan masyarakat yang hedonis, dan individualis, menjadi maslah sosial tersendiri
.
- Sementara ini warga Lamakera sudah punya bangunan masjid yang megah dan menara yang indah dan tinggi. Bagaimana selanjutnya upaya merawat fisik dan mengelola pememanfaatkannya secara ideal, sehingga masjid tidak hanya tempat bersujud kepada Allah (shalat), namun masjid mempunyai multi fungsi, nilai educasi, nilai social, dan nilai keummatan lainnya.
- Sudah menjadi aksioma dalam hukum adat, bahwa masyarakat paguyuban, memiliki hubungan kekerabatan dan ikatan social yang kuat, seperti halnya di Lamakera dan lingkungan Lamaholot pada umumny. Sebagai masyarakat paguyuban bila menyelenggarakan kegitan sekecil apapun selalu saja melibatkan partisipasi college jika tidak maka menjadi aib dan bisa menimbulkan pertengkaran dan permusuhan sesama. Dan setiap partisiapsi harus memberikan uma lamak sebagai bahagian yang harrus disampaikan. Sepanjang merekaa yang mampu mengatasi tentu tidak punya dampak apapun, tapi bagi yang tidak mampu untuk memberikan uma lamak maka dia harus hutang pinjam kepada tetangga atau yang mempunyai. Setiap pinjaman ada batas waktu yang sudah disepakati, bila terlambat mengembalikan pinjaman tidak jarang pertengkaran, perkelahian terjadi. Resiko lain yang sering pula terjadi, tidak jarang anak anak putus sekolah karena orang tua terlilit utang akibat pesta yang terus menerus.
- Di Sisi lain, kita berhadapan dengan the new era, globalisasi, modernisasi yang berwatak kapitalis dan induvidulis, yang bertentangan dengan watak budaya warga Lamakera yang bersifat peguyuban. Globalisasi dan modernisasi memang merupakan suatu keharusan universal yang diterima dengan sikap dan cara pandang yang positivistik. Karena era baru ini menawarkan pendekatan rasional, positivistic, kompetensi individual. Modernisasi dan globalisasi membuka persektif baru, tapi sekaligus menggeser nilai-nilai lama yang bersifat paguyuban, figur kepemipinan kharismatik oriented.
- Air bersih, lingkungan hijau dan sehat, adalah mimpi panjang bagi Lamakera. Dari tahun ke tahun. Pemerintah hanya mampu membuat janji bersar tentang air bersih yang akan tiba di Lamakera, dan rakyat Lamakera pun terus sabar menunggu janji yang belum terjawab. Kondisi alam yang tandus dan gersang, tanaman enggan tumbuh, lingkungan kotor dan kurang sehat menjadi pemandangan yang meresahkan hari hari, juga akan sangat mengusik ketenangan jiwa dan kohesi social warga Lamakera.
Mencermati
sejumlah masalah yang menjadi latar belakang rumusan persoalan tersebut, seakan
kita berada pada dua persimpangan jalan yang paradoksal. Dimana realitas sosial
secara obyektif menggambarkan Lamakera dalam kondisi stagnan atau kevakuman
kearifan, bagaikan potert buram, yang sulit dipastikan gambaran masa depannya.
Hubungan sosial dan psykologis putra-putri Lamkera bersifat simbolisme semu dan
absurd, bagaikan kaca retak, dekat secara fisik, tetapi tidak dekat secara
psykologis, apalagi visi dan pemikiran. Sehingga sementara ini Lamakera tidak
bisa dijadikan alat untuk mengaca, apalagi membangun optimisme masa depan.
Beradasarkan kondisi demikian, maka PKLS Jakarta bermaksud untuk memprakarsai
silaturrahmi, atau kegiatan yang dapat mengahdirkan seluruh warga Lamakera yang
tersebar di seluruh polosk tanah air Indonesia, dalam satu rangkaian pekan kegiatan
REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA Se-INDONESIA
Maksud dan Tujuan Reuni IV
Keluarga Besar Lamakera Se-Indonesia
- Mengeksplorasi dan merumuskan secara komperhensif Problematika sosial dan keagamaan Lewotanah Lamakera, sekaligus merumuskan agenda agenda baru sebagai solusi alternative terhadap masalah yang dihadapi.
- Merekatkan hubungan psykologis maupun sosiologis antar sesama putra putri Lamakera dimana saja berada secara kohesif dan dinamis, dan mengorganisirnya menjadi potensi transformative.
- Membangun kesadaran kolektif semua warga Lamakera untuk pengkhidmatan yang lebih besar terhadap masa depan Lamakera yang berkedaulatan, berkeadilan, sejahtera, bermartabat, berperadaban tinggi.
- Merumuskan Institusi dan Struktur Kelembagaan PKLS (Persatuan Keluaraga Lamakera Solor) Se –Indonesia, secara nasiona.
- Merumuskan Manifesto Peradaban Putra Putri Lamakera, melahirkan Lamakera Islamic Ceneter, Madrasah Aliyah Plush
F. Peserta Reuni IV Keluarga
Besar Lamakera Se-Indonesia
- Pengurus PKLS Se- Indonesia
- Putra Putri warga Lamakera yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia maupun diluar wilayah Republik Indonesia.
- Organisasi Kemahasiswaan dan kepemudaan asal Lamakera
- Tokoh dan Pemuka Adat Lamakera
- Unsur Pemerintahan Kabupaten Flores Timur, Kecamatan Solor Timur dan Desa Moton Wuttun dan Wato Buku
G. Rangkaian Kegiatan Reuni IV Keluarga Besar Lamakera Se-Indonesia
- Gema Ramadhan: Kegiatan Masjid, Pelatihan Muballigh dan Menejemen Pengelolaan Masjid, Pengirimian Ekspedisi Dakwah, Pelembagaan Majlis Taklim disetiap Suku Suku, Dialog Ramdahan (Sambung Rasa)
- Dialog Peradaban: Diawali Pawai Pembukaan, Sambutan Selamat Datang Peserta Reuni IV oleh warga Lamakera diikuti dengan sapaan adat oleh ketua-ketua suku di Lamakera, Pidato Peradaban I,
- Musyawarah Nasional PKLS Se Indonesia
- Peresmian Masjid, Penandatanganan Prasasti, Sambutan sambutan
- Bakti Sosoal: Penghijauan Lingkungan,
- Acara Puncak: Pembacaan Manifesto Peradaban Putra Putri Lamakera, Pencanangan Berdirinya Madrasah Aliyah Lamakera, Sambutan sambutan, Pidato Peradaban II, Halal bi halal
- Hiburan Rakyat.
G. Dialog Peradaban
2. Panel Diskusi I
Thema : “Etos
keilmuan dan Budaya Pendidikan Warga Lamakera Dulu, Kini dan Esok dalam Prespektif Pengukuhan Martabat dan Penegakan Kedaulatan.
a.
Drs. H. Pahlawan Mukin
b.
Drs, H. Malik
Usman MSi
c.
Dra. Nur Anisa Ridwan, MSi
d.
Drs. Umar Sulaiman MSi
Moderator : Sya’ban Karim
3. Diskusi Panel II
Thema: “Menimbang
Relevansi Sistem Nilai dan Sistem Budaya Lamaholot (Lamakera) Dan Pola
Kepemimpinan Sosial Di Tengah Gempuran Demokratisasi, Modernisasi dan
Kapitalisme Global.
a.
HM. Syarifien Maloko, SH, M,Si, MM
c.
Drs. Alwan Sinagula MAg
d.
Drs. Umar Ibnu Shaleh, MSi
Moderator : Drs. Lukman Ebba
4. Diskusi Panel III
Thema : “
Peranan Civil Society Penguatan Kedaulatan Rakyat, Mewujudkan Peradaban Yang Bermartabat,
a.
H. Ali Taher Parasong, SH, M.Si
b.
MHR. Shikkah Songge
c.
Drs. M Taher Maloko, MAg
Moderator: Drs. Mustaqim Syahdan, M.Kes
5. Diskusi Panel IV
Thema:
“Penguatan Sektor Rill Berbasis Sumber daya kelautan dan Penciptaan
Peluang Usaha “Kearah Terciptanya Kesejahteraan Sosial Yang Berkeadilan dan
Mandiri
- Malik Bachtiar
- Kiki Umar Parasong
- Ibrahim Ismail Rejab
- Abdul Kadir AS Songge
Moderator : Mahben H Jalil
Diskusi Panel V.
Mengembagkan Sistem Pertahanan
dan Keamanan Daearah Berbasis Budaya Sosial Warga Lamaholot, Upaya Mengukuhkan
Martabat dan Peradaban Rakyat
Pembicara :
- Dandim Flores Timur
- Kapolres Flores Timur
- M. Johan Shaleh DM
Moderator: Hasan Bajo
6. Musyawarah Nasional I PKLS
Se Indonesia
Thema: “Menggagas
PKLS Sebagai Wadah Silaturrahmi Warga Lamakera dan Melembaga secara Nasional “
- Perwakilan Masing – Masing PKLS
- Perwakilan Organisasi Kepemudaan dan Kemahasiswaan
- Sesepuh Pemangku Adat
- Kepala Desa Moton Wutun dan Wato Buku
Moderator: Bahder Maloko dan Tim SC
H. Panggung Warga ( Sambung
Rasa )
Panggung
Warga sebagai rangkaian dari Reuni IV Keluarga Besar Lamakera, dilakukan dalam
bentuk dialog interaktif dengan warga Lamakera, Pemangku Adat, Pemuka agama,
Aparat Pemerintah, Tokoh Pemuda dan lain-lain, hal ini merupakan kegiatan
ekspedisi Lewotanah Lamakera yang terkandung maksud untuk mendengar apa yang
menjadi keluhan atau inti masalah agar terbangun civil education, civil society
masyarakat Lamakera. Dimana Masyarakat Lamakera perlu memahami hak-hak Kewarganegaraan,
penegakan hukum, tugas dan tanggung jawab masa depan Pendidikan dan pembentukan
SDM, penanganan sektor kelautan menjadi basis pengembangan usaha mandiri,
adapun kegiatan dilakukan dalam bentuk dialog interaktif dibagi dalam beberapa
sesi antara lain :
1. Thema : “Membangun SDM
Lamakera antara Harapan Vs Kenyataan “
a. M. Tuan TS. (PKLS Jakarta),
b. Lukman Ebba (PKLS Kupang),
c. PKLS Makasar (Mansur Gesi)
Moderator : Ahmad Habieb.
2. Thema
: “Lamakera dalam Pandangan Politik kekinian dan Pembangunan Masa Depan
Telaah Kebijakan Daerah “
a.
Bupati Flores Timur
b.
Anggota DPRD II Kab Flotim
c.
Camat Solor Timur
d.
PKLS Larantuka
Moderator: M. Natsir Hasan Songge
Pelembagaan Majlis Taklim Masjid al-Ijtihad Lamakera Berbasis Suku Suku,
secara simbolis dilakukan di suku Lewo Kolodo dan suku Lewo Wuung,
Oleh Nyonya Hj. Sri Muriaty HM. Ali Taher Perasong, S.Pd.I.
Tim Teknis: Ibu Rugaya
Belaga, Nyonya Rifai, Ibu Rauda Abbas,
Nona Bonsu, Ibu Ummi Belaga, Hasnah Gafur ID, Mahani Hamsid,
Pelatihan Tenaga Muballigh dan Menejemen Pengelolaan Masjid
Tim Pelatih: Ridwan Pedang, Fatah
Ahmad, M. Ali Taher Perasong, M. Syarifin Maloko, M. Tuan TS, Jakfar Nurdin, Abdul
Malik Usman, Mansur K. Songge, Muhiddin Dahlan, M. Udrus Maloko
Ekspedisi Dakwah di Lingkungan Solor Timur, Adonara, Lembata
Petugas: M. Thaher Maloko, Umar
Sulaiman, Alwan Sinagula, Abdurrahim Hamsid, Lukman Ebba, M. Udrus Maloko,
Malik Usman, Mustaqim Syahdan, Syaban H. Karim, Ibrahim Gafur ID, Saleh Gofur
ID, Fajri B, Tuan, Ihsan Hafidz, Sulaiman Gafar Songge, Muhammad Usman Kikon, Harun
MD Belaga, Mansur Gesi, Nurdin Gesi, Gunawan Hud, Haris Rusmini, Ismail Wahab
S. Dasi, Gazali Iskandar, Syawal Masjuddin, Gani Usman, Azis Prakon, Bapa
Bahrun Sinagula, Fakhruddin H. Umar, Ahmad Yani Maloko. M. Johan Shaleh DM.
Abdurrahman Mukhtar S. Dasi, Ibnu Masjuddin, Gozali Iskandar, Ibnu Kholdun
Iskandar,
I. Bakti Soaial
Kegiatan
bakti sosial ini merupakan bukti wujud secara konkrit memberikan sumbangsih
kesadaran kolektif akan kepedulian terhadap kondisi yang ada di Lewotanah
Lamakera. Dialkukan dalam bebera Kegiatan antara lain :
a.
Pembersihan Lingkungan Masyarakat, Kali, Sumur Air
b.
Penghijauan Lingkungan
c.
Pengobatan Massal
J. Peresmian Masjid Raya
Al-Ijtihad Lamakera
Sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan renovasi Masjid
Raya Al-Ijtihad Lamakera, maka dilakukan kegiatan peresmian dan dilanjutkan
dengan malam tasyakuran. Masjid Raya Al-Ijtihad Lamakera, adalah Pilar dan
Pijar kebangkitan Peradaban Islam bagi Murin Tawa Gere, Putra Putri Lamakera.
K. Peserta Reuni IV
Keluarga Besar Lamakera
a. Anggota PKLS Se-Indonesia
b. Warga Lamakera dan warga Tanah Werang
c. Pelajar Mahasiswa Asal Lamakera
d. Pemangku Adat
e. Aparatur Pemerintah
L. Penutup.
Demikian
Proposal kegiatan ini dibuat sebagai landasan pemikiran dan dijadikan acuan
dalam melaksanakan kegiatan yang dimaksud. Besar harapan kami proposal ini
menjadi rujukan dan pertimbangan bapak ibu. Atas Kerjasama dan partisipasi
semua pihak diucapkan terimakasih.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar