Selasa, 16 Oktober 2012

Proposal Reuni IV Lamakera





PENGANTAR 

PROPOSAL REUNI IV LAMAKERA


Semoga kasih dan sayang Allah senantiasa terlimpahkan kepada kita semua, dalam membangun dan mewariskan masa depan Lamakera, sebagai lewotana yang bermartabat dan berperadaban. Lewotana yang sanggup membuahkan generasi yang berperadaban tinggi dan mampu menjadi pilar dan pijar, menyokong keberlangsungan sejarah gerakan kemajuan ummat dan bangsa di tengah tengah keharusan modernisasi,
demokratisasi dan globalisasi.

Reuni demi reuni, memang sudah sering kali diadakan di Lamakera. Begitu pula kegiatan – kegiatan bersifat pencerahan yang berualng kali diselenggarakan oleh pelajar mahasiswa Lamakera, namun semua itu berjalan bagaikan ritme pergantian waktu, hanya dapat menjawab persoalan-persoalan tertentu dalam lipatan ruang dan waktu terntu. Namun masih menyisahkan banyak agenda besar dan strategis yang menuntut jawaban dan penyelesaian segerah oleh kita. 


Suatu hal yang semestinya disadari bahwa siklus perjalanan suatu kebudayaan maupun peradaban tidak pernah berhenti. Kebudayaan dan peradaban terus bergerak cepat seiring dengan kecerdasan dan keberlianan manusia dalam kecepatan pergeseran dimensi ruang dan waktu. Mengingat pentingnya transformasi social, dan kontinuetas gerak sejarah Lamakera, di tengah derasnya arus modernisasi, capitalisasi dan globalisasi yang berwatak induvidualis, maka Persatuan Keluarga Lamekera Solor – Jakarta, menginisiatifi untuk menyelenggarakanakan Pekan Kegiatan REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA. Kegiatan ini dimaksudkan untuk merekonstruksi kesadaran akal budi, merumuskan visi dan misi, guna mewujudkan sinergisitas dan akselerasi Pengkhidmatan Lewotana Lamakera.

Dalam prespektif perubahan social, Lamakera telah  lebih dahulu memulai langkah pergerakan peradaban Islam, melalui misi pendidikan dan dakwah islamiyah untuk seluruh pelosok NTT. Namun patut disadari bahwa, kondisi Lamakera dewasa ini semakin buram, melemah kohesifitas social, akibat kurangnya silahturrahim dan konsolidasi antar sesama warga Lamakera. Hubungan pshikhologis dan sosiologis putra putri Lewotan Lamakera memperlihatkan potret yang kurang harmoni. Gambaran ekstrim dari fenomena ini, dapat pula dianalogikan seperti kaca retak yang tak dapat dipakai untuk mengaca diri. Lamakera yang pernah menjadi aikon kini hanya menjadi buah bibir, seiring dengan semakin redup tugasnya menjadi pemandu perubahan social dan perkembangan Islam di NTT. Untuk itu Reuni IV Keluarga Besar Lamakera menjadi momentum terpenting.

Proposal ini menyajikan sekelumit masalah, kiranya dapat dijadikan acuan Dialog Peradaban, Musawarah Nasional dalam Reuni IV Keluarga Besar Lamakera. Semoga dapat menghasilkan rekomendasi, program dan keputusan yang bermanfaat. Amien.!!!

Wassalam
Jakarta, 5 April 2011
Stering Comite

 
PROPOSAL
REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA 
Se INDONESIA

Rekonstruksi Visi, Missi Dan Gerak Pengkhidmatan Lamakera Jilid II,
Mewujudkan Martabat Dan Peradaban Yang
Sejahtera, Berkeadilan Dan Berdaulat
  1. Landasan Nilai
  1. Dalam penciptaan langit dan bumi, serta pergesaran waktu antara siang dan malam, terdapat berbagai pelajaran yang mengagungkan bagi orang-orang yang berfikir. Dan ciri-ciri orang-orang yang berfikir itu ialah: mereka yang terus menerus memikirkan akan berbagai keajaiban diantara langit dan bumi, pada saat gagah perkasah, pada usia senja, sampai menjelang ajalnya, mereke terus memikirkan proses penciptaan langit dan bumi, sampai pada puncak mereka menemukann kebenaran yang meyakinkan, lalu secaraa total menyerahkan diri pada puncak mereka menemukan kebenaran yang meyakinkan, lalu secra total menyerahkan diri kepada Allah sambil berikrar “ Tuhan kami, tiada sia-sia engkau menciptakan semua yang ada, maha suci Engkau ya Allah jauhkan kami dari siksaan Api Neraka” ( QS Al-imron : 190-191 )
  2. Wahai bangsa jin dan Manusia, jika kalian semua sanggup melampaui batas antara langit dan bumi, maka lampauilah, namun kalian semua tidak akan sanggup melampaui jarak antara langit dan bumi kecuali dengan ASSULTHAN    ( kekuatan ilmu / pengetahuan ) ( QS. Ar-rahman : 33 )
  3. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon yang menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizing Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk, seperti pohon yang buruk yang telah dicabut akarnya dari permukaan, tidak dapat (tegak) sedikitpun.
(QS. Ibrahim: 24 – 26)

B.  Landasan Teoritis

  1. Setiap masa mempunyai formulasi tantangan tersendiri, dan setiap tantangan memiliki jawabannya tersendiri pula. Apabila kita salah memberikan kerangka jawaban yang selau sama dalam setiap tantangan , maka akan menjadi malapetaka dan mengundang gejolak revolusi yang tiada henti. ( Arnold Toyinbe)
  2. Semakin banyak kita menemukan kesalahan, maka semakin terbuka jalan menuju kebenaran baru. (Kari Roymon Poper)
  3. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan pertumbuhan lingkungan social yang semakin dinamis, maka pola kepemiminan yang bersifat kharismatis, figur orientid, bergeser menuju kepemimpinan berdasarkan ide dan sistem menejerial profesional. (Spencer)
  4. Lawrence E. Harrison, dalam buku Who Prospers: How Cultural Values Shape Economic and Political Sucses, hasil sebuah studi empiris di berbagai negara menyimpulkan bahwa: Kunci kemajuan suatu bangsa bukan karena kekayaan Sunber  Daya Alam (SDA), melainkan Sumber Daya Manusia (SDM). Juga bukan pada system politiknya, tetapi terutama pada system nilai budaya (values), dan prilaku serta kerakter positif masyarakatnya. Yaitu kerakter mendukung kemajuan, kerakter saling percaya, kemampuan saling bekerja sama antar warga (radius of trust),  kepatuhan pada hukum, kehidupan para pejabat yang sederhana, penghargaan yang tinggi pada pekerjaan,    

C. Latar Belakang Permasalahan

            Sebuah keistimewaan, dan kebanggaan yang patut disyukuri oleh warga Lamakera, bahwa sampai dengan saat ini secara utuh kita masih mempunyai kampung halaman bernama Lewotana Lamakera. Sebuah kampung yang memiliki pranata sosial, sistem nilai, struktur sosial, hukum adat, yang masih terpelihara, berlaku dan diakui keabsahannya. Institusi sosial tersebut telah menjadi pilar yang mengukuhkan identitas simbolik, dan menghantarkan Lamakera menjadi lewotana yang bermartabat dan terpandang bahkan menjadi aikon di tengah-tengah gugusan lewotana yang lain di bumi lamaholot Nusantara. Setidaknya Lamakera menjadi salah satu motor dan kampiun gerakan pendidikan, dakwah islamiyah dan politik Islam di lingkungan Solor Watan Lema bahkan NTT. Prestasi yang positif ini, menunjukan adanya cita cita yang agung, keluhuran budi, kearifan pemikiran dan ketulusan karya para leluhur terdahulu yang telah meletakan landasan moral bagi kedaulatan Lamakera untuk kemaslahatan generasi di masa depan.

            Seiring dengan perjalan dimensi ruang dan waktu, warga Lamakera telah melawati bilik-bilik sejarah yang panjang sekaligus mengagumkan. Sepanjang ruang sejarah itu, putra putri Lamakera telah mengisi dan melukisnya dengan dedikasi yang tinggi. Berbagai peristiwa penting yang bersejarah itu menunjukan kerakter dan watak kejuangan setiap warga Lamakera. Semakin besar nilai nilai kejuangan yang diinvestasikan menggambarkan betapa tinggi kedaulatan, martabat dan peradaban Institusi Lewotana Lamakera. Mereka bergerak bagaiakan molekul molekul yang menembus setiap sudut anatomi kehidupan yang menggoncangkan kosmologi. Inilah episode pertumbuhan peradaban warga Lamakeraa yang terpenting, sehingga Lamakera menjadi terkenal di wilayah kepulauan Solor, Flores, NTT bahkan Indonesia.
      Jauh sebelum kehadiran kolonial, post kolonial maupun di era pasca kolonial, warga Lamakera yang memiliki supermasi dengan kearifan akal dan budi telah mengurai benang sejarah dengan membuahkan karya-karya besar. Tidak disangka bahwa karya karya itu dikemudian hari memberikan arti penting bagi tumbuhnya martabat peradaban dan kedaulatan umat dalam bentuk identitas kebudayaan yang bernafaskan islam. Nilai nilai Islam menjadi inspirasi yang mengkohesi bangunan struktur Lewotana Lamakera. Seakan antara Islam dan Lamakera bagaikan sebuah bangunan yang maha utuh dan tak terpisahkan, inilah sejatinya Islam di Lamakera. Islam menjadi energi spiritual dalam pergumulan ideologis maupun gerakan kebudayaan. Bagi orang Lamakera spirit islamisme tidak hanya menjadi identitas budaya, tetapi juga menjadi ruh pergerakan sekaligus modal social yang terpenting dalam merambah, membumikan cita cita sosial ke berbagai pelosok negeri.

            Sejarah Mencatat, melalui horizon Solor watan lema, warga Lamakera bersama seluruh elemen Lamaholot lainnya, memyatu, menyingsingkan lengan baju, di bawah panji Islam, semangat tauhid, masyarakat Lamakera dengan gagah berani menolak ekspansi dan penindasan kolonialisme di bumi Lamaholot. Karena kehadiran emperialis (Portugis dan Belanda) tidaknya hanya membawa misi perdagangan, melainkan juga membawa misi kristiani yang dibalut imperialisme. Sejarah mengisahkan bahwa ekspedisi Lamakera telah melakukan tindakan politik yang berani dan tepat, yaitu memporakporandakan kekuatan portugis di benteng Ford Hendrikus Lewohayong, maupun memburu kekuasan Portugis sampai di tanah Timor. Ini merupakan perjuangan politik, ideologis yang bernilai investasi menuju kemerdekaan Indonesia. Inilah sejarah perjuangan umat Islam local yang disembunyikaan atau mungkin terlupakan. Investasi menunjukan rakyat Lamakeraa dan warga Watan Lema lainnya mempunyai saham politik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan RI, warga Lamakera secara otomatis mentransformasikan visi politik dengan melebur secara total dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


            Pada Fase pasca kolonial, anak anak terbaik Lamakera di awal thn 1900 an, mulai melakukan gerakan kebudayaan, ijtihad strategis dengan memikirkan secara serius tentang eksistensi Lamakera dan keseluruhan umat Islam di Solor Timur, Flores Timur dan NTT di masa depan. Ada dua pola instrumental yang dilalui dalam membesarkan dan mempertahankan eksistensi masyarakat muslim. Untuk hal itu, instrumen Pendidikan dan Pemerintahan, dua piranti yang saling terkait ini, dipilih secara perioritas karena keduanya saling menunjang kearah perwujudan kemaslahatan masyarakat muslim. Yaitu masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, merdeka dan berdaulat.  

            Bidang Pemerintahan merupakan media strategis, yang melakukan pelayanan dan peningkatan kuwalitas kehidupan public, khususnya umat Islam. Pelayanan dimaksudkan untuk mencapai taraf kehidupan social yang bermartabat, berperadaban tinggi dan berdaulat. Yaitu masyarakat yang cerdas secar intelektual, mandiri dan sejahtera secara ekonomi, sehat rohani serta jasmani, serta berkemandirian dalam visi politik. Untuk pelayanan masyarakat mayoritas muslim seperti di Solor Timur, secara psykhologis dan sosiologis harus dilakukan oleh sebuah birokrasi yang memiliki pemahaman yang baik terhadap sistem sosial dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Untuk itu Para Tetua Adat dan Pemuka masyarakat Lamakera yang kharismatis, bersama para Pemuda Lamakera yang idealis dan progresif ketika itu, mendeklrasikan gagasan besar dan fundamental setidakbya bagi warga Lamakera. Yaitu gagasan politik untuk menghadirkan kantor camat bagi warga Solor Timur yang mayoritas muslim. Gagasan besar ini terus dikawal dan diperjuangkan dengan sungguh sungguh di ibu kota propinsi NTT, sampai terwujud thn 1964. Penempatan Menanga sebagai ibukota kecamatan Solor Timur, adalah harus diakuai merupakan hasil karya politik masyarakat Lamakera. Sekaligus sebagai simbol historis yang mengingatkan kita bahwa Menanga pernah menjadi pusat pertumbuhan peradaban Islam dilingkungan Lamaholot kepuluan Solor pada abad 13 -18 M, dari masa Syaid Rafiuddin al-Fathih (Jou Imam Pati Duri) sampai zaman Shibuddin Bin Ali Salam Bin Salman al-Farisi (Sultan Menanga Sili Pertawi), yang jatuh karena diporak poranda oleh emperialis Belanda. Dengan runtuhnya Kesultanan Menanga yang menjadi pusat peradaban Islam, berdirilah Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lewohayong, Kerajaan Lamahala, Kerajaan Terong dan Kerajaan Labala. Kelima kerajaan ini kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Solor Watan Lema.

            Selain itu, beberapa tahun sebelumnya, Para Tetua Adat Pemuka Masyarakat Lamakera, juga melakukan gerakan kebudayaan di bidang pendidikan Islam. Pilihan terhadap Pendidikan Islam merupakan pilihan yang relevan, pada situasi ketika itu, bahkan tetap relevan sampai saat ini. Pendidikan Islam dianggap sebagai piranti strategis bagi pembentukan generasi muda musalim, ideologis, visioner, professional, memiliki komitmen yang kuat untuk memakmurkan umat Islam dan memajukan peradaban Islam. Sehingga kelak mereka menjadi anak panah dakwah dan arsitektur peradaban Islam yang sanggup menembusi batas daerah dan wilayah. Langkah penting ini diawali dengan membangun kemitraan iman dengan para tokoh nasionalis dan tokoh Islam diberbagai tempat seperti: Jawa, Makasar, Bima dll. Untuk mendatangkan para Guru guna memulai langkah pembangunan peradaban, dengan mempersiapkan berdirinya SMPI (Sekolah Menengah Pertama Islam ) yang menjadi embrio berdirinya PGA 4 Tahun Lamakera.


            Angkata pertama PGAP 4 Thn, bergerak cepat bagai anak panah yang meluncur ke berbagai sasaran medan perjuangan yang terpencil, dengan berbagai ragam masalah. Mereka mengemban tugas sebagai pelopor penggerakan peradaban Islam, mengukuhkan identitas kemanusiaan yang merdeka, menghidupkan revolusi tauhid, membangkitkan kesadaran ummat dengan membangun “iman, ilmu dan akhlak, sebagai dasar peradaban Islam, melelui dakwah dan pendidikan Islam. Kader-kader Lamakera ini, pada level tertentu menjadi ideologi sekaligus pioner terdepan menggugah batin yang tertidur, membangkitkan kehendak untuk menggelorakan revolusi kebudayaan dan peradaban Islam dengan modal Bismillah dan Fisabillah di sepanjang bumi Lamaholot, daratan Pulau Flores dan  wilayah NTT pada umumnya.

Sebagai tindak lanjut dari ikhtiar untuk memperkuat kontinutas perjuangan dalam merealisasi “Martabat, Kedaulatan dan Peradaban Umat”, dibukalah PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri ) 6 tahun Ende, dan mengirim kader-kader terbaik Lamakera untuk melanjutkan program study di PGAN 6 Thn Mataram dan Malang. Dan beberapa Putera Lamakera yang lain mengambil jalur sekolah umum SMA di Alor Kalabahi. Adapun kader-kader yang melanjutkan studi di Malang dan Mataram ini, lalu kembali berkhidmat memperkuat PGAN Ende, PGAP Lamakera dan PGAN 6 Tahun Kupang. Setelah itu diikuti dengan berdirinya Lembaga Pendidikan Islam lainnya di kampung kampung kawasan NTT. Termasuk PGA 4 Thn Lohayong, PGA 4 Thn Kelikur, PGA 4 Thn Reo, PGA 4 Thn Harawura. Tentu sukses ini tidak terlepas dari komitmen iman, keikhlasan, dan solidaritas sosial warga Lamakera, bersatu padu dengan niat yang tulus dan kearifan yang menadalam untuk Gelekat Lewotanah dibawa pandu para tokoh teladan yang menjadi figur dalam proses transformasi ini. Investasi peradaban yang penting ini menjadikan Lamakera harum namanya diberbagai pelosok NTT.

            Pendidikan, memang sebagai media atau piranti terpenting yang melahirkan revolusi kebudayaan suatu bangsa. Pilihan pendidikan bagi para tokoh Lamakera, telah menghasilkan suatu perubahan sosial yang sangat mendasar bagi eksistensi Lamakera saat ini maupun akan datang. Yakni mobilitas angkatan kelas sosial baru yang berpendidikan dan berkeahlian dalam berbagai disiplin keilmuan. Setidaknya dewasa ini, terdapat ratusan sarjana S1 dan beberapa yang sudah mencapai S2 bahakan ada yang sedang menyelesaikan program S3 (kandidat doktor). Sarjana Lamakera ini adalah aset Ummat dan Bangsa yang menjadi kebanggaan bagi Lamakera, sebagian mereka tengah mengkhidmatkan keahliannya pada ummat dan bangsa dibebagai latar belakang seperti birokrasi, politisi, guru, dosen, pekerja sosial, polisi, tentara, aktivis NGO diberbagai sudut negeri.

           Namun disadari, angkatan kelas sosial baru Lamakera yang menyebar di berbagai pelosok Indonesia, nampaknya belum menjadi kekuatan yang massif, strategis dan signifikan dalam merespon transformasi peradaban yang dimotori oleh kekuatan kapitalisasi, modernisasi dan globalisasi dewasa ini. Di mana secara personal masing-,masing bergerak pada enggel yang terpisah, tidak dalam titik koordinat yang terorganisir, akibatnya posisi kaders Lamakera menjadi kurang diperhitungkan. Kondisi ini diibaratkan seperti buah matang di pucuk., lalu membusuk, dan akhirnya tidak berguna oleh pemilik kebun. Atau gambaran ekstrimnya, Posisi kaders Lamakera sementara ini bagai kaca retak yang tidak bisa dipakai untuk mengaca diri.  Inilah gambaran umum  persoalan yang dihadapi kaders Lamakera. Untuk itu dibutuhkan konsulidasi kolektif dari semua putra-putri Lamakera. Semua kaum muda Lamakera perlu duduk bersama, merefleksi dan merethinking, melalui silahturrahmi, untuk memformat sistem kelembagaan yang efektif. Jika tidak dilakukan segerah, maka kekuatan Putra-Putri Lamakera menjadi anomali, kontraproduktif, dan pada gilirannya Lamakera hanya sebuah nama dan riwayat masa lalu.

Rumusan Persoalan
            Perkembangan mutakhir Lamakera diawal abad 21 ini, kita dihadapkan pada  sejumlah persoalan paradoks, ambivalen, kontradiktif, degradatif. Para orang tua, pemikir, pendidik, tokoh tauladan semakin tiada, bahkan sudah tiada, mereka telah pergi mendahului kita. Tetapi kita diwarisi ratusan sarjana dan akan terus bertambah jumlahnya, dengan beragam keahlian, dan menempati jabatan jabatan penting di berbagai level institusi pemerintahan, maupun di masyarakat. Namun rasanya  kondisi Lamakera bergerak mundur, bergeser menjadi redup, seakan kehilangan kearifan. Begitupula saat ini mobilitas angkatan baru Lamakera, belum berfungsi maksimal dan optimal untuk melakukan transformasi social dan loncatan peradaban yang signifikan bagi Lamakera, maupun untuk umat dan bangsa. Kondisi angkatan baru Lamakera yang demikian, memang kurang terorganisir, cukup menggambarkan seakan kita semua sedang kehilangan jati diri, kehilangan spiritualitas, kehilangan figure, semakin lentur daya magic, kohesifitas social yang makin luntur, kerja kerja organisasi kehilangan nilai sinergis dalam dinamika sosialnya. Beberapa gambaran yang pradoksal dan degradatif itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
           
  1. Kurang adanya relasi fungsional yang efektif antar masjid, sekolah dan  masyarakat. Masing-masing enggel, berjalan tanpa titik singgung, yang mengkohesi antara lembaga lembaga tsb secara siklus. Menurunnya intelegensi, kepekaan sosial dan moralitas social siswa, yang mengarah pada redupnya kekuatan perubahan ummat adalah dampak yang kini tengah terjadi.
  1. Seiring dengan perkembangan dan eksalasi moderenisasi di berbagai level kehidupan, telah mendorong timbulnya berbagai persoalan sosial dengan berbagai dampak yang mencemaskan masyarakat. Tindakan demoralisasi, vendalisme, kriminalitas, kekerasan semakin melembaga dan menjadi fenomena umum yang tidak terkendalikan.

  1. Posisi tawar Lamakera semakin tidak diperhitungkan ditingkat Flores Timur dan NTT seiring dengan semakin melemahnya partisipasi publik masyarakat Lamakera, setidaknya sejak 15 tahun terakhir. Genersai baru yang muncul belum melakukan insiatif dan tindakan politik yang diperhitungkan, akibat lemahnya konsulidasi dan kemitraan yang terorganisir antar sesama warga Lamakera di manapun berada.

  1. Laut, adalah lahan yang yang produktif, yang telah menyumbang kemakmuran dan kemaslahatan social bagi kebanyakan warga Lamakera. Dari sumber daya kelautan lahirlah orang orang terdidik, para sarjana Lamakera yang kini tengah mengkhidmatkan diri di berbagai tempat. Tapi patut dicermati nelayan kita hanya memiliki alat tangkap yang sederhana sehingga daya jangkau pendek, daya tangkap juga sedikit. Padahal perairan di wilayah Solor Selatan seringkali menjadi ekspansi kapal asing dan illegal. Apalagi laju pertumbuhan penduduk terus meningkat, sementara kesempatan kerja tidak tersedia. Kaum muda di Lamakera kurang memiliki keterampilan hidup, kecuali menjadi nelayan tradisional, tanpa dukungan modal dan pemihakan kebijakan pemerintah setempat.

  1. Semikin mengurang bahkan habis para guru senior pemandu peradaban masyarakat, dengan watak keilmuan dan keikhlasan mengabdi untuk agama dan lewotana. Sementara ini guru guru baru hanya bisa mentrans ilmu tanpa watak dan kerakter keguruan dan jiwa pengabdian yang luhur. Karena itu kehadiran guru guru baru kurang mendapat dukungan dan apresiasi oleh masyarakat Lamakera
  1. Mobilitas kaum muda Lamakera yang terpelajar bertebaran dipelosok tanah air. Masing-masing berperan sesuai denga enggel, kapasitas, dan keahliannya. Tetapi Mobilitas tidak memiliki arti yang substansif dan signifikan bagi transformasi di Lamakera. Akibat tidak ada kohesi dan konfergensi organisatoris diantara sesama anak lewotanah. Kalaupun ada kumiunikasi, itu hanya bersifat sismbolis yang semu bahkan absurd, yang tidak memiliki makna apapun bagi perubahan sosial masyarakat Lamakera. Kaum muda terjebak dalam euforia parsial, mengedepankan kepentingan diri sendiri dan kelompok, kehilangan kepekaan dan daya inisiatif. Tampaknya kaum muda Lamakera sementara ini kehilangan kritiitas intelektual dan spiritualitas social, sehingga tidak sanggup mendorong progresivitas gerak pengkhidmatan Lewotanah.

  1. Masyarakat Lamakera tengah mengalami pergeseran lokus kepemimpinan. Tokoh – tokoh Lamakera yang memiliki integritas, kharismatis, panutan, satu persatu dipanggil Allah, suasana kehidupan warga Lamakera semakin ringkih, kehilangan spiritualitas, bahkan seakan-akan tenggelam dalam kevakuman tanpa arah. Nilai-nilai moral yang luhur dan agung, semakin pudar seiring dengan perginya para tokoh kharismatik tersebut.

  1. Sementara itu, desa-desa atau kampung, yang dulu menjadi sasaran dakwah dan pendidikan, atau daerah binaan kader Lamakera, kini tumbuh dan berkembang pesat bahkan menjadi kompetitor bagi Lamakera sendiri. Kampung tersebut, mengalami metemorfosa dalam bentuk-bentuk progresifitas sosial yang penting. Fenomena ini rasanya telah menggeser peran-peran starategis yang sesungguhnya menjadi peran putra-putri Lamakera sebelumnya.

  1. Listrik yang sekian tahun menjadi dambaan warga Lamakera kini telah menerangi kampung Lamakera, namun demikian menyisihkan persoalan yang tidak bisa dielakan.. Secara khuus, masih terdapat sejumlah rumah yang belum terpasang listrik. Sedangkan sacara umum yakni dampak negatif yang ditimbulkan, adalah pergeseran gaya hidup dan pergaulan masyarakat yang hedonis, dan individualis, menjadi maslah sosial tersendiri
.
  1. Sementara ini warga Lamakera sudah punya bangunan masjid yang megah dan menara yang indah dan tinggi. Bagaimana selanjutnya upaya merawat fisik dan mengelola pememanfaatkannya secara ideal, sehingga masjid tidak hanya tempat bersujud kepada Allah (shalat), namun masjid mempunyai multi fungsi, nilai educasi, nilai social, dan nilai keummatan lainnya.

  1. Sudah menjadi aksioma dalam hukum adat, bahwa masyarakat paguyuban, memiliki hubungan kekerabatan dan ikatan social yang kuat, seperti halnya di Lamakera dan lingkungan Lamaholot pada umumny. Sebagai masyarakat paguyuban bila menyelenggarakan kegitan sekecil apapun selalu saja melibatkan partisipasi college jika tidak maka menjadi aib dan bisa menimbulkan pertengkaran dan permusuhan sesama. Dan setiap partisiapsi harus memberikan uma lamak sebagai bahagian yang harrus disampaikan. Sepanjang merekaa yang mampu mengatasi tentu tidak punya dampak apapun, tapi bagi yang tidak mampu untuk memberikan uma lamak maka dia harus hutang pinjam kepada tetangga atau yang mempunyai. Setiap pinjaman ada batas waktu yang sudah disepakati, bila terlambat mengembalikan pinjaman tidak jarang pertengkaran, perkelahian terjadi. Resiko lain yang sering pula terjadi, tidak jarang anak anak putus sekolah karena orang tua terlilit utang akibat pesta yang terus menerus.

  1. Di Sisi lain, kita berhadapan dengan the new era, globalisasi, modernisasi yang berwatak kapitalis dan induvidulis, yang bertentangan dengan watak budaya warga Lamakera yang bersifat peguyuban. Globalisasi dan modernisasi memang merupakan suatu keharusan universal yang diterima dengan sikap dan cara pandang yang positivistik. Karena era baru ini menawarkan pendekatan rasional, positivistic, kompetensi individual. Modernisasi dan globalisasi membuka persektif baru, tapi sekaligus menggeser nilai-nilai lama yang bersifat paguyuban,  figur kepemipinan kharismatik oriented.

  1. Air bersih, lingkungan hijau dan sehat, adalah mimpi panjang bagi Lamakera. Dari tahun ke tahun. Pemerintah hanya mampu membuat janji bersar tentang air bersih yang akan tiba di Lamakera, dan rakyat Lamakera pun terus sabar menunggu janji yang belum terjawab. Kondisi alam yang tandus dan gersang, tanaman enggan tumbuh, lingkungan kotor dan kurang sehat menjadi pemandangan yang meresahkan hari hari, juga akan sangat mengusik ketenangan jiwa dan kohesi social warga Lamakera.   

            Mencermati sejumlah masalah yang menjadi latar belakang rumusan persoalan tersebut, seakan kita berada pada dua persimpangan jalan yang paradoksal. Dimana realitas sosial secara obyektif menggambarkan Lamakera dalam kondisi stagnan atau kevakuman kearifan, bagaikan potert buram, yang sulit dipastikan gambaran masa depannya. Hubungan sosial dan psykologis putra-putri Lamkera bersifat simbolisme semu dan absurd, bagaikan kaca retak, dekat secara fisik, tetapi tidak dekat secara psykologis, apalagi visi dan pemikiran. Sehingga sementara ini Lamakera tidak bisa dijadikan alat untuk mengaca, apalagi membangun optimisme masa depan. Beradasarkan kondisi demikian, maka PKLS Jakarta bermaksud untuk memprakarsai silaturrahmi, atau kegiatan yang dapat mengahdirkan seluruh warga Lamakera yang tersebar di seluruh polosk tanah air Indonesia, dalam satu rangkaian pekan kegiatan REUNI IV KELUARGA BESAR LAMAKERA Se-INDONESIA

Maksud dan Tujuan Reuni IV Keluarga Besar Lamakera Se-Indonesia 

  1. Mengeksplorasi dan merumuskan secara komperhensif Problematika sosial dan keagamaan Lewotanah Lamakera, sekaligus merumuskan agenda agenda baru sebagai solusi alternative terhadap masalah yang dihadapi.
  2. Merekatkan hubungan psykologis maupun sosiologis antar sesama putra putri Lamakera dimana saja berada secara kohesif dan dinamis, dan mengorganisirnya menjadi potensi transformative.
  3. Membangun kesadaran kolektif semua warga Lamakera untuk pengkhidmatan yang lebih besar terhadap masa depan Lamakera yang berkedaulatan, berkeadilan, sejahtera, bermartabat, berperadaban tinggi.  
  4. Merumuskan Institusi dan Struktur Kelembagaan PKLS (Persatuan Keluaraga Lamakera Solor) Se –Indonesia, secara nasiona.
  5. Merumuskan Manifesto Peradaban Putra Putri Lamakera, melahirkan Lamakera Islamic Ceneter, Madrasah Aliyah Plush


F. Peserta Reuni IV Keluarga Besar Lamakera Se-Indonesia

  1. Pengurus PKLS Se- Indonesia
  2. Putra Putri warga Lamakera yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia maupun diluar wilayah Republik Indonesia.
  3. Organisasi Kemahasiswaan dan kepemudaan asal Lamakera
  4. Tokoh dan Pemuka Adat Lamakera
  5. Unsur Pemerintahan Kabupaten Flores Timur, Kecamatan Solor Timur dan Desa Moton Wuttun dan Wato Buku 

G. Rangkaian Kegiatan Reuni IV  Keluarga Besar Lamakera Se-Indonesia
           
  1. Gema Ramadhan: Kegiatan Masjid, Pelatihan Muballigh dan Menejemen Pengelolaan Masjid, Pengirimian Ekspedisi Dakwah, Pelembagaan Majlis Taklim disetiap Suku Suku, Dialog Ramdahan  (Sambung Rasa)
  2. Dialog Peradaban: Diawali Pawai Pembukaan, Sambutan Selamat Datang Peserta Reuni IV oleh warga Lamakera diikuti dengan sapaan adat oleh ketua-ketua suku di Lamakera, Pidato Peradaban I,
  3. Musyawarah Nasional PKLS Se Indonesia
  4. Peresmian Masjid, Penandatanganan Prasasti, Sambutan sambutan
  5.  Bakti Sosoal: Penghijauan Lingkungan,
  6. Acara Puncak: Pembacaan Manifesto Peradaban Putra Putri Lamakera, Pencanangan Berdirinya Madrasah Aliyah Lamakera, Sambutan sambutan, Pidato Peradaban II, Halal bi halal
  7. Hiburan Rakyat.         

G. Dialog Peradaban

     2. Panel Diskusi I
Thema : “Etos keilmuan dan Budaya Pendidikan Warga Lamakera Dulu, Kini dan Esok dalam Prespektif  Pengukuhan Martabat dan Penegakan Kedaulatan.
a.       Drs. H. Pahlawan Mukin
b.      Drs,  H. Malik Usman MSi
c.       Dra. Nur Anisa Ridwan, MSi
d.      Drs. Umar Sulaiman MSi 
Moderator : Sya’ban Karim

3. Diskusi Panel II
Thema: “Menimbang Relevansi Sistem Nilai dan Sistem Budaya Lamaholot (Lamakera) Dan Pola Kepemimpinan Sosial Di Tengah Gempuran Demokratisasi, Modernisasi dan Kapitalisme Global.
            a. HM. Syarifien Maloko, SH, M,Si, MM
            c. Drs. Alwan Sinagula MAg
            d. Drs. Umar Ibnu Shaleh, MSi
 Moderator : Drs. Lukman Ebba

4. Diskusi Panel III
Thema : “ Peranan Civil Society Penguatan Kedaulatan Rakyat, Mewujudkan Peradaban Yang Bermartabat,
            a. H. Ali Taher Parasong, SH, M.Si
            b. MHR. Shikkah Songge
            c. Drs. M Taher Maloko, MAg
Moderator:  Drs. Mustaqim Syahdan, M.Kes

5. Diskusi Panel IV
            Thema: “Penguatan Sektor Rill Berbasis Sumber daya kelautan dan Penciptaan Peluang Usaha “Kearah Terciptanya Kesejahteraan Sosial Yang Berkeadilan dan Mandiri
    1. Malik Bachtiar
    2. Kiki Umar Parasong
    3. Ibrahim Ismail Rejab
    4. Abdul Kadir AS Songge
Moderator : Mahben H Jalil

Diskusi Panel V.
Mengembagkan Sistem Pertahanan dan Keamanan Daearah Berbasis Budaya Sosial Warga Lamaholot, Upaya Mengukuhkan Martabat dan Peradaban Rakyat
Pembicara :
  1. Dandim Flores Timur
  2. Kapolres Flores Timur
  3. M. Johan Shaleh DM
Moderator: Hasan Bajo

6. Musyawarah Nasional I PKLS Se Indonesia
Thema: “Menggagas PKLS Sebagai Wadah Silaturrahmi Warga Lamakera dan Melembaga secara Nasional “
           
      • Perwakilan Masing – Masing PKLS
      • Perwakilan Organisasi Kepemudaan dan Kemahasiswaan
      • Sesepuh Pemangku Adat
      • Kepala Desa Moton Wutun dan Wato Buku
Moderator:  Bahder Maloko dan Tim SC

H. Panggung Warga ( Sambung Rasa )
           
            Panggung Warga sebagai rangkaian dari Reuni IV Keluarga Besar Lamakera, dilakukan dalam bentuk dialog interaktif dengan warga Lamakera, Pemangku Adat, Pemuka agama, Aparat Pemerintah, Tokoh Pemuda dan lain-lain, hal ini merupakan kegiatan ekspedisi Lewotanah Lamakera yang terkandung maksud untuk mendengar apa yang menjadi keluhan atau inti masalah agar terbangun civil education, civil society masyarakat Lamakera. Dimana Masyarakat Lamakera perlu memahami hak-hak Kewarganegaraan, penegakan hukum, tugas dan tanggung jawab masa depan Pendidikan dan pembentukan SDM, penanganan sektor kelautan menjadi basis pengembangan usaha mandiri, adapun kegiatan dilakukan dalam bentuk dialog interaktif dibagi dalam beberapa sesi antara lain :

1. Thema : “Membangun SDM Lamakera antara Harapan Vs Kenyataan “
                a. M. Tuan TS. (PKLS Jakarta),     
                b. Lukman Ebba (PKLS Kupang),
                c. PKLS Makasar (Mansur Gesi)
Moderator : Ahmad Habieb.


2. Thema : “Lamakera dalam Pandangan Politik kekinian dan Pembangunan Masa Depan Telaah Kebijakan Daerah “
            a. Bupati Flores Timur
            b. Anggota DPRD II Kab Flotim
            c. Camat Solor Timur
            d. PKLS Larantuka
Moderator: M. Natsir Hasan Songge

Pelembagaan Majlis Taklim Masjid al-Ijtihad Lamakera Berbasis Suku Suku, secara simbolis dilakukan di suku Lewo Kolodo dan suku Lewo Wuung,
Oleh Nyonya Hj. Sri Muriaty HM. Ali Taher Perasong, S.Pd.I.
Tim Teknis: Ibu Rugaya Belaga,  Nyonya Rifai, Ibu Rauda Abbas, Nona Bonsu, Ibu Ummi Belaga, Hasnah Gafur ID, Mahani Hamsid,

Pelatihan Tenaga Muballigh dan Menejemen Pengelolaan Masjid
Tim Pelatih: Ridwan Pedang, Fatah Ahmad, M. Ali Taher Perasong, M. Syarifin Maloko, M. Tuan TS, Jakfar Nurdin, Abdul Malik Usman, Mansur K. Songge, Muhiddin Dahlan, M. Udrus Maloko    

Ekspedisi Dakwah di Lingkungan Solor Timur, Adonara, Lembata
Petugas: M. Thaher Maloko, Umar Sulaiman, Alwan Sinagula, Abdurrahim Hamsid, Lukman Ebba, M. Udrus Maloko, Malik Usman, Mustaqim Syahdan, Syaban H. Karim, Ibrahim Gafur ID, Saleh Gofur ID, Fajri B, Tuan, Ihsan Hafidz, Sulaiman Gafar Songge, Muhammad Usman Kikon, Harun MD Belaga, Mansur Gesi, Nurdin Gesi, Gunawan Hud, Haris Rusmini, Ismail Wahab S. Dasi, Gazali Iskandar, Syawal Masjuddin, Gani Usman, Azis Prakon, Bapa Bahrun Sinagula, Fakhruddin H. Umar, Ahmad Yani Maloko. M. Johan Shaleh DM. Abdurrahman Mukhtar S. Dasi, Ibnu Masjuddin, Gozali Iskandar, Ibnu Kholdun Iskandar,     

I. Bakti Soaial
           
            Kegiatan bakti sosial ini merupakan bukti wujud secara konkrit memberikan sumbangsih kesadaran kolektif akan kepedulian terhadap kondisi yang ada di Lewotanah Lamakera. Dialkukan dalam bebera Kegiatan antara lain :


            a. Pembersihan Lingkungan Masyarakat, Kali, Sumur Air
            b. Penghijauan Lingkungan
            c. Pengobatan Massal

J. Peresmian Masjid Raya Al-Ijtihad Lamakera
            Sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan renovasi Masjid Raya Al-Ijtihad Lamakera, maka dilakukan kegiatan peresmian dan dilanjutkan dengan malam tasyakuran. Masjid Raya Al-Ijtihad Lamakera, adalah Pilar dan Pijar kebangkitan Peradaban Islam bagi Murin Tawa Gere, Putra Putri Lamakera.

K. Peserta Reuni IV Keluarga Besar Lamakera

                a. Anggota PKLS Se-Indonesia
                b. Warga Lamakera dan warga Tanah Werang
                c. Pelajar Mahasiswa Asal Lamakera
                d. Pemangku Adat
                e. Aparatur Pemerintah
                
L. Penutup.

            Demikian Proposal kegiatan ini dibuat sebagai landasan pemikiran dan dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan yang dimaksud. Besar harapan kami proposal ini menjadi rujukan dan pertimbangan bapak ibu. Atas Kerjasama dan partisipasi semua pihak diucapkan terimakasih.
  Wassalam


 

 






MHR. Shikka Songge

Tidak ada komentar:

Posting Komentar